Psikolog perkembangan anak Unika
Atmajaya, Fabiola Priscilla Msi mendefinisikan memori atau daya ingat adalah
kemampuan untuk mengingat pengalaman terdahulu yang kemudian bisa
menggunakannya kembali pada situasi yang berikutnya atau disebut (merecall).
Jika tidak mampu ‘memanggil’ kembali, artinya tidak dapat mengingat dengan
baik. Konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk memperhatikan atau fokus
pada suatu hal.
Kemampuan anak berkonsentrasi
berbeda-beda sesuai usianya. Rentang perhatian anak dalam menerima informasi
melalui aktivitas apapun juga berbeda. Rentang perhatian pada anak pra-sekolah
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga tidak dapat dipastikan. Orangtua
harus bisa pintar dalam menyampaikan materi. Pada usia ini, sampaikan materi
yang disesuaikan dengan perkembangan motoriknya.
Selain itu, materi juga
disampaikan dengan cara yang menarik perhatiannya misal dengan permainan warna,
sehingga konsentrasi anak optimal. Libatkan anak pada setiap materi yang
diberikan. Kemampuan berkonsentrasi juga tergantung pada faktor lingkungan
yaitu pola pengasuhan yang benar, cara pembelajaran yang tepat dan pemberian
stimulus.
Stimulasi yang diberikan
sebaiknya dilakukan secara interaktif karena anak lebih mudah mengingat hal-hal
yang pernah ia alami, atau kejadian yang unik. Orangtua harus mengusahakannya
misalnya bercerita dengan menggunakan ekspresi. Selain itu, hargai cara belajar
anak, misalnya dengan memperhatikan jadwal belajar sesuai kadar optimal rentang
perhatiannya. Dikarenakan setiap anak memiliki waktu-waktu yang berbeda-beda.
Perhatikan pula cara penyampaian materi apakah anak lebih menyukai auditori,
kinetesis, atau visual.
Yang harus diperhatikan dalam
mempertahankan daya ingat anak yang normal dalam arti tidak mengalami gangguan
perhatian yakni dalam pemberian reward dan pemberian semangat.
Cara lain dengan melakukan
pengulangan pemberian materi namun dengan cara yang kreatif. Misalnya tak hanya
melalui verbal bisa juga dengan musik, selanjutnya dengan menampilkan
simbol-simbol, hal ini akan menimbulkan kesan pada anak.
Untuk mengukur kemampuan
memori dan konsentrasi anak, bisa menggunakan tes IQ dengan standarisasi
pendekatan Wechsler yang dapat dilakukan pada usia 4 tahun. Tipikal untuk anak
yang daya ingatnya di bawah standar biasanya terlihat dari awal yaitu lebih
aktif dari anak-anak yang lain, memiliki rentang perhatian yang pendek, tidak
pernah mendengarkan informasi secara lengkap dan dalam mengerjakan tugas sering
sekali tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Ada dua hal yang menyebabkan
itu terjadi, pertama berkaitan dengan gangguan saraf, kedua pola pengasuhan
yang permissive yang bersifat menerima apa saja yang anak lakukan.
Tips pola pengasuhan yang sebaiknya
diperhatikan orangtua,
a.Jangan terlalu menekan anak
b.Mengenali cara dan waktu belajar
anak
c.Sebisa mungkin sediakan ruang
belajar yang jauh dari gangguan televisi, mainan atau kebisingan.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan
daya ingat antara lain,
a.Keunikan suatu kejadian.
b.Partisipasi aktif dari anak.
c.Peran orangtua dalam membicarakan
kejadian masa lalu.
d.Pada balita, akan mengingat jika
dilakukan sendiri dan berulang akan membantunya memperkuat ingatan.
Fabiola memaparkan,
memperpanjang konsentrasi dapat membangun kepercayaan diri anak. Selain itu,
anak lebih mudah dan mampu menerima serta memahami banyak informasi yang dapat
digunakan untuk memahami norma sekitarnya, dan hubungan sebab-akibat yang
penting dalam interaksi sosial.
Menurut ahli terapi Remedial
dari Klinik Akita, Ganis Sulistyorini, S,Pd, Intensitas konsentrasi misalnya
dibawah 3 tahun anak selalu ingin tahu sehingga sering tidak fokus pada satu
aktivitas saja. Orangtua bisa mengolah rentang konsentrasi anak, misalnya amati
waktu yang dibutuhkan anak saat mengerjakan puzzle, jika anak sudah tidak
konsentrasi cepat alihkan pada kegiatan lainnya.
Manfaatkan tingginya rasa
ingin tahu anak, dengan memperkenalkan beragam aktivitas meski rentang
konsentrasinya masih pendek. Gunanya, selain memperkaya pengetahuan, juga
mempertahankan daya konsentrasi anak. Sebisa mungkin orangtua kreatif
memberikan variasi kegiatan agar anak tidak bosan. Terus evaluasi rentang waktu
konsentrasi anak. “Belum tentu anak yang memiliki rentang waktu konsentrasi
yang tidak sesuai dengan harapan perkembangan dikatakan anak ADHD, bisa juga
akibat kurangnya latihan atau stimulasi,” papar Ganis.
Ciri-ciri
anak yang rentang konsentrasinya rendah, untuk usia sekolah biasanya anak sulit fokus pada suatu aktivitas pada waktu
yang seharusnya (30-45 menit) atau sulit fokus pada aktivitas yang kurang
disukainya.
Sebelum bersekolah, sebaiknya
orangtua mulai melatih anak berkonsentrasi mulai dengan memberikan tugas yang
sederhana sampai tugas yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Aktivitas
bermain juga bisa melatih konsentrasi anak misalnya saat menendang bola, minta
anak untuk tendang dengan lurus dan fokus mengarah ke gawang.
Selain itu, pilih aktivitas yang
diminati anak, misalnya bermain playstation kemudian alihkan perlahan-lahan ke
permainan lain sampai pada kegiatan yang ditargetkan orangtua misalnya membaca
atau menulis. Tujuannya anak mampu mengikuti instruksi suatu metode dan mampu
melakukannya dengan tepat dan cepat. Latih anak untuk mampu konsentrasi dalam
situasi yang berbeda-beda, mulai dari belajar sambil ditemani, belajar sendiri
sampai belajar konsentrasi bersama teman-temannya. “Sehingga ketika anak
bersekolah mampu mengikuti harapan dari lingkungan sekolahnya, misalnya mampu
mengikuti penjelasan guru,”ujarnya.
Brain Gym adalah sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan
setiap bagian-bagian otak. Diharapkan melalui rangkaian gerakan tubuh, dapat
menarik keluar tingkat kosentrasi anak. “Brain gym sebenarnya membuka ‘jalan
keluar’ pada bagian-bagian otak yang terhambat’, agar dapat berfungsi
maksimal,” papar Lely Tobing, anggota Brain Gym Indonesia.
Secara teknis brain gym dapat
mengembangkan 3 dimensi otak yaitu dimensi lateritas untuk belahan otak kiri
dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak dengan bagian depan
otak, dan dimensi pemusatan untuk menyeimbangkan posisi depan dan belakang
(sistem limbis) dan otak besar.
Retti Maharani Psi, Kepala
Sekolah Twinkle Star yang memasukkan Brain Gym sebagai kurikulum menambahkan
kemampuan konsentrasi anak berkaitan dengan dimensi fokus. Hambatan fokus
antara otak bagian depan dan belakang dapat menyebabkan anak menjadi kurang
perhatian, sulit berkonsentrasi dan kurang mampu memahami. Sehingga diperlukan
gerakan-gerakan yang bisa mengoptimalkan kerja otak tersebut.
Untuk mengaktifkan dimensi
otak ini melalui rangkaian gerakan antara lain gerakan silang (cross crawl)
yaitu menggerakkan pasangan kaki dan tangan yang berlawanan gunanya untuk
menyeimbangkan otak kiri dan kanan yang berhubungan dengan kemampuan mengeja,
menulis, mendengarkan, membaca dan memahami. Sebelum melakukan rangkaian
gerakan Brain Gym anak dianjurkan minum terlebih dahulu karena air merupakan
pembawa energi listrik. “Sebaiknya anak melakukan gerakan ini tanpa paksaan dan
senang hati, selain itu orangtua juga perlu mempraktekannya bersama anak,”ujar
Lely.
YogaInstruktur Yoga dari Rumah
Yoga, Klara Schoenfeld mengatakan, Yoga dapat menyeimbangkan fokus mata anak
dan juga melatih konsentrasi saat melakukan pergerakan badan. Gerakan Yoga pada
anak tidak seperti orang dewasa namun lebih dinamis dan ceria yang diiringi
musik riang. Yoga melatih anak berkosentrasi mengikuti gerakan-gerakan yang
diperagakan. Anda bisa mengajak anak berlatih yoga selama 15-20 menit setiap
minggunya.
Sumber Artikel : Majalah Inspire
Kids
info yang bagus, terima kasih
BalasHapusBagus artikelnya ! Btw saya ada info menarik untuk anda yang ingin melatih daya konsentrasi berpikir dan belajar anak.. caranya dengan mengikuti / belajar bermain catur secara terstruktur di sekolah catur utut adianto .. untuk detail nya hubungi kami 081280354706 (Ibu Herlinda) cek website kami di http://www.scuasetiabudi.com
BalasHapusMasukan yg Hebat!��
BalasHapusMasukan yg Hebat!��
BalasHapus